makalah akhlaq mahmudah dan mazmumah
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat Rahmat dan karunianya
penyusun bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Akhlak Islamiyah”.
Makalah ini
dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan nilai dari mata kuliah “Akhlak Tasawuf”.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena, itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini.
Semoga
makalah ini memberikn informasi dan manfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Cirebon, 09
februari 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................. 1
Daftar Isi ........................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3
1.3 Maksud Dan Tujuan ................................................................................................... 3
Bab II PEMBAHASAN .....................................................................................................
2.1. Pengertian .................................................................................................................. 4
2.2. Akhlak Mahmudah..................................................................................................... 4
2.3 Macam- Macam Akhlak Mahmudah.......................................................................... 4
2.4 Akhlah Mazmumah..................................................................................................... 8
2.5 Macam-Macam Khlah Mazmumah............................................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Akhlak merupakan sifat
yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah
terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang,
atau malah sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga
memutuskan hubungan silaturahmi.
Bagi
seorang muslim, akhlak yang terbaik ialah seperti yang terdapat pada diri
Nabi Muhammad SAW karena sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada dirinya
adalah sifat-sifat yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (contoh teladan)
terbaik bagi seluruh kaum Muslimin.
Dalam Ajaran islam
adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Qur’an dalam penjabarannya
terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam Islam
mendapat perhatian yang sangat besar.
Akhlak yang baik dan
mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi yang terhormat dan
tinggi. Atas dasar itulah kami menyusun makalah ini, agar kita semua
sebagai makhluk Allah, tidak tersesat dalam menjalani hidup, dan dapat
menjadikan Rasulullah sebagai idola kita, karena sesungguhanya pada diri
Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kita.
1.2
Rumusan Masalah
1.1
Apa pengertian
akhlak ?
1.2
Apa pengertian akhlak mahmudah dan mazmumah ?
1.3
Apa macam
akhlah mahmudah dan mazmumah ?
1.3
Maksud Dan
Tujuan
1.1
Untuk
mengetahui dasar dasar materi akhlak mahmudah dan mazmumah.
1.2
Untuk memenuhi
syarat mendapatkan nilai mata kuliah akhlak tasawuf.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Ada dua penggolongan akhlak secara garis besar yaitu : akhlak
mahmudah (fadilah) dan akhlah mazmumah (qabihah). Imam al-Ghazali menggunakan
istilah “ munjiyat” untuk akhlak mahmudah dan “muhlihat” untuk akhlak mazmumah
Dikalangan ahli tasawuf, mengenal sistem pembinaan mental dengan
istilah : takhalli, tahalli dan tajalli.
Takhalli adalah menggosokan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat
tercel, larema sifat-sifat tercela mengotori jiwa manusia.
Sedangkan tahalli adalah mengisi jiwa (yang telah kosong dari
sifat-sifat tercela) dengan sifat yang terpuji (mahmudah).
2.
Akhlak mahmudah
Akhlah mahmudah dalam bahasa bisa diartikan “Baik” dalam bahsa arab disebut
“khair”, dalam bahasa inggris disebut “good”. Dari beberapa kamus dan
ensiklopedia diperoleh pengertian “baik” sebagai berikut:
·
Baik berarti sesuatu
yang telah mencapai kesempurnaan.
·
Baik berarti yang
menimbulkan rasa keharuan dalam keputusan, kesenangan persesuaian.
·
Baik berarti sesuatu
yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan dan member keputusan.
·
Sesuatu yang dikatakan
baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberperasaan senang atau bahagia, bila ia
dihargai secara positif
Jadi, akhlakkul karimah
berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnan iman
seseorang kepada Allah.Akhlakul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang
terpuji. Orang yang memiliki akhlak terpuji ini dapat bergaul dengan masyarakat
luas karena dapat melahirkan sifat saling tolong menolong dan menghargai
sesamanya. Akhlak yang baik bukanlah semata-mata teori yang muluk-muluk,
melainkan ahklak sebagai tindak tanduk manusia yang keluar dari hati. Akhlak
yang baik merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya.
A. Adapun macam-macam ahlak mahmudah adalah sebagai berikut :
·
Ikhlas
Ikhlas menurut bahasa adalah suci, bersih, murni, atau tidak tercampur
dengan apapun. Sedangkan menurut istilah adalah mengerjakan perbuatan(ibadah
atau amal lainnya) semata-mata mengharapkan ridho ALLAH SWT. Amal/ibadah akan
sia-sia tanpa ikhlas dalam surat An Nisa ayat 146 :
إِلَّا ٱلَّذِينَ تَابُوا۟ وَأَصْلَحُوا۟
وَٱعْتَصَمُوا۟ بِٱللَّهِ وَأَخْلَصُوا۟ دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ
ٱلْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ ٱللَّهُ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا
“Kecuali
orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada
(agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka
mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan
memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar”.(QS An Nisa 146)
Adapun pengertian ikhlas lainnya. Menurut al-Qurtubi, ikhlas pada dasarnya
berarti memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk. Abu Al-Qasim
Al-Qusyairi mengemukakan arti ikhlas dengan menampilkan sebuah riwayat dari
Nabi Saw, “Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril
berkata, “Aku telah menanyakan hal itu kepada Allah,” lalu Allah berfirman,
“(Ikhlas) adalah salah satu dari rahasiaku yang Aku berikan ke dalam hati
orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku.”
Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan.
Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai kebaikan
lahir-bathin dan dunia-akhirat, bersih dari sifat kerendahan dan mencapai
perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta kesejahteraan.
·
Amanah
Secara bahasa amanah bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah (titipan)
sedangkan secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan
kepadanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا
الأمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا
بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا
بَصِيرًا
“Sesungguhnya
Allah memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan-titipan kepada yang
memilikinya, dan jika menghukumi diantara manusia agar menghukumi dengan adil…”
(QS 4:58).
Dalam
ayat lainnya, Allah juga berfirman:
إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا
الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا
“Sesungguhnya
Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka mereka
semua enggan memikulnya karena mereka khawatir akan mengkhianatinya, maka
dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
bodoh…” (QS. 33:72)
·
Adil
Adil
berasal dari bahasa Arab “al-‘Adl” mempunyai pengertian meletakkan sesuatu pada
tempatnya. Keadilan akan menjaga kedamaian, ketentraman, keharmonisan hubungan,
dan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya ketidakadilan akan menimbulkan ketidak
percayaan, ketidak senangan, kebencian, dendam, permusuhan, peperangan dan lain
sebagainya. Dalam al qur’an perintah untuk berlaku adil :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebajikan. (QS. Al-Nahl: 90).
Sifat adil dapat dikelompokkan menjadi lima
kelompok, yaitu:
a. Berlaku adil dalam menetapkan hukum.
b. Berlaku adil terhadap istri.
c. Berlaku adil pada anak-anaknya.
d. Berlaku adil dalam kesaksian, baik dalam
bentuk kata-kata atau tulisan.
e. Berlaku adil dalam mendamaikan orang-orang yang sedang
berselisih.
Keadilan akan menciptakan ketenangan,
ketentraman, dan kedamaian dalam kehidupan dirinya, keluarganya, dan masyarakat
di sekitarnya.
·
Tawakal
Hakikat tawakal adalah menyerahkan segala
urusan kepada Allah ‘Azza wa Jalla membersihkannya dari ikhtiar yang keliru,
dan tetap menapaki kawasan-kawasan hukum dan ketentuan. Tawakal merupakan
gambaran keteguhan hati dalam menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT.
Al-Ghazali mengaitkan tawakal dengan tauhid, dengan penekanan bahwa tauhid
sangat berfungsi sebagai landasan tawakal.
Tawakal adalah
kesungguhan hati dalam bersandar
kepada Allah SWT untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemudaratan,
baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat. Allah berfirman:
Artinya: “Kemudian apabila engkau telah
membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang-prang
yang bertawakal”. (Ali Imran: 159)
·
Pemaaf
Istilah pemaaf berasal dari bahasa Arab
“al-afwu” yang berarti memberi maaf, berlapang dada terhadap kesalahan atau
kekeliruan orang lain dan tidak memiliki atau menyimpan rasa dendam dan sakit
hati kepada orang yang berbuat kesalahan kepadanya. Memberi maaf merupakan perbuatan yang sangat berat, tetapi
sangat mulia. Memberi maaf harus dilakukan dengan cara yang ikhlas, bersifat
lahir batin dan bukan karena terpaksa. Memberi maaf harus dilakukan oleh setiap muslim pasa
setiap kesempatan, baik dalam lingkungan keluarga, antar keluarga, linkungan
kerja maupun dalam kehidupan masyarakat yang yang lebih luas (bertetangga,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara) tanpa menunggu permintaan maaf dari
pihak lainnya.
·
Rasa malu
”Berbuatlah
sekehendakmu, tapi ingatlah bahwa segala perbuatan itu akan dimintakan
pertanggungjawaban”
Rasa malu merupakan rem atau pengekang dari segala bentuk kemaksiatan.
Sepanjang rasa malu ini ada terpelihara pada jiwa seseorang maka dirinya akan
terjaga dari segala godaan syetan yang mengajak kepada perbuatan dosa. Dengan
memiliki rasa malu, orang akan terjaga akhlaknya. Oleh karena itu semua agama
samawi mengajarkan kepada umatnya untuk berakhlak mulia yang salah satunya
adalah memlihara rasa malu.
Sabda Rosulullah s.a.w, "Sesungguhnya setiap agama mampunyai
akhlak, dan akhlak Islam adalah rasa malu," (Riwayat Imam Malik)
Allah berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي آيَاتِنَا لا يَخْفَوْنَ
عَلَيْنَا أَفَمَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ خَيْرٌ أَمْ مَنْ يَأْتِي آمِنًا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak
tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka
lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari
kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan”. (Fushshilat Ayat : 40)
Kalau tidak merasa
malu, manusia dipersilakan oleh Allah untuk berbuat apa saja, tapi harus ingat
bahwa segala perbuatan itu tidak ada yang terlepas dari pengawasan Allah SWT
dan kelak akan dimintakan pertanggungjawaban.
Dengan kurangnya rasa
malu, orang akan berbuat apa saja tanpa mempertimbangkan halal dan haram.
Hilangnya rasa malu akan mengakibatkan rusaknya akhlak dan rusaknya akhlak
mengakibaatkan rusaknya iman. Itulah sebabnya dikatakan oleh Rosululla s.a.w,
"Malu itu bagian dari iman."
Orang yang tidak
memiliki rasa malu, sering disebut dengan ungkapan tebal kulit muka.
Karena kalau orang merasa malu, biasanya akan memerah mukanya. Orang yang tidak
pernah memerah mukanya adalah orang yang kurang rasa malunya karena itu disebut
tebal kulit muka. Tentu ini hanya peribahasa saja, bukan berarti bahwa kulit
mukanya setebal kulit badak.
Rosulullah bersabda: "Malu
itu bagian dari keimanan, dan keimanan itu dapat memasukkan seseeorang ke
surga, sedangkan sifaat yang keji adalah sifat kasar, dan sifaat kasar itu
menyebabkan masuk neraka (Riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi).
Timbulnya berbagai
penyakit sosial di tengah-tengah masyarakat kita, tentu disebabkan karena orang
tidak atau kurang memiliki rasa malu. Tidak malu dijatuhi hukuman oleh negara,
bahkan penjara hanya dianggap sebagai tempat istirahat dan rekreasi. Keluar
dari penjara, tidak malu berbuat pelanggaran lagi karena sudah siap masuk
penjara berulang kali.
Kalau masih memiliki
rasa malu, berarti orang akan terhindar dari segala tindakan kejahatan,
keserakahan, korupsi, mengambil yang bukan haknya dan lain-lain. Marilah kita
jaga diri kita dari segala bentuk kema'siatan yang akan membawa kepada
kehancuran pribadi dan kehancuran masyarakaat, bangsa dan nengara.
3.
Pengertian Akhlah Mazmumah (Tercela)
Akhlak Mazmumah (tercela) adalah
perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama (Allah dan RasulNya). Contohnya :
hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat,
iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa,
marah, fasik, dan murtad, kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa,
ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan
namiimah, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan,
berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israaf, tabdzir.
A. Adapun macam-macam akhlak mazmumah
diantara nya:
·
Penyakit hati
antara lain disebabkan karena ada perasaan iri
Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain mendapat kebaikan
atau keberuntungan. Sikap ini kemudian menimbulkan prilaku yang tidak baik
terhadap orang lain, misalnya sikap tidak senang, sikap tidak ramah terhadap
orang yang kepadanya kita iri atau menyebarkan isu-isu yang tidak baik. Jika
perasaan ini dibiarkan tumbuh didalam hati, maka akan muncul perselisihan,
permusuhan, pertengkaran, bahkan sampai pembunuhan, seperti yang terjadi pada
kisah Qabil dan Habil.
·
Penyakit hati
disebabkan karena perasaan dengki
Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan
kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah
kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat musibah. Sifat
dengki ini berkaitan dengan sifat iri. Hanya saja sifat dengki sudah dalam
bentuk perbuatan yang berupa kemarahan, permusuhan, menjelek-jelekkan,
menjatuhkan nama baik orang lain.
·
Hasud
Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap
sesama. Menghasud adalah tindakan yang jahat dan menyesatkan, karena
mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang dan juga karena
mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus ditutupi. Saudaraku (sidang
pembaca) tahukah antum, bahwa iri, dengki dan hasud itu adalah suatu penyakit.
Pada mulanya iri yaitu perasaan tidak suka terhadap kenikmatan yang dimiliki
orang lain. Kemudian, jika dibiarkan tumbuh, iri hati akan berubah menjadi
kedengkian. Penyakit kedengkian jika dibiarkan terus akan berubah menjadi
penyakit yang lebih buruk lagi, yaitu hasud.
·
Ghibah
dan Namimah
Ghibah dalam bahasa kita
disebut mengumpat dan mengunjing, Ghibah adalah menyebut atau memperkatakan
seseorang diblakang dirinya dengan apa yang dibencikan (menggosip negativ),
Ghibah terjadi disebabkan dari dengki, mencuri muka ata berolok olok dengan
tujuan untuk menjatuhkan martabat orang yang diumpat.
Namimah atau Adu domba
adalah menyampaikan perkataan seseorang atau menceritakan keaadan seseorang
atau mengabarkan pekerjaan seseorang kepada orang lain dengan maksud adu domba
antara keduanya atau merusakkan hubungan baik antara mereka.
Rasa dendam, memberitahukan keburukan orang dan mengadu domba
merupakan penyakit hati yang dapat membawa kepada berburuk sangka, suka
menyelidiki keburukan orang lain, yang merupakan perbuatan yang dibenci islam.
B.
Menghindari
Akhlak Mazmumah (Tercela)
·
Perbanyak
beribadah
Tingkatkan
ibadah kepada Allah SWT. Tujuan hidup
dalam Islam adalah untuk beribadah kepada Allah,
karena manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah untuk beribadah
kepadaNya. Maka usahakan untuk meningkatkan ibadah kita agar dapat menjadi cara menjadi
pribadi yang baik dan Islami, dan menghindari semua
perilaku tecela tersebut.
·
Biasakan
berbagi
Orang yang
egois adalah orang yang tidak terbiasa berbagi. Maka, cara
menghilangkan sifat egois adalah dengan membiasakan
diri berbagi dengan sesama, dimulai dari keluarga dan teman dekat. Lakukan
semuanya dengan hati ikhlas dan karena ingin membantu orang lain serta berbagi
kebahagiaan bersama.
·
Selalu
bersyukur atas nikmat Allah
Dalam hidup,
karunia Allah bisa datang dalam bentuk apa saja. Orang yang mempunyai perilaku
tercela tidak bisa merasakan karunia yang diberikan kepadanya, dan selalu
merasa kurang. Biasakan untuk mengucap syukur atas segala kejadian baik yang kita
alami, sekecil apapun itu. Bersyukur adalah cara merubah
diri menjadi lebih baik dan terhindar dari perilaku
yang tercela.
·
Pahami
keterbatasan manusia
Manusia hanya
makhluk yang sangat kecil dalam alam semesta ini. Tidak ada gunanya bersikap
angkuh, sombong dan tinggi hati. Sebagai manusia kita punya banyak kekurangan
yang nyata di hadapan kekuasaan Allah yang begitu besar. Sadarilah hal itu
sebagai cara
menghindari sifat takabur dan cara
menghilangkan sifat angkuh dan sombong.
·
Jaga
tali silaturahmi
Menghilangkan
perilaku tercela bisa dengan menjalin tali silaturahmi yang baik dengan sesama
muslim. Jika kita memiliki silaturahmi yang terjalin baik. tentunya tidak akan
mudah bagi kita untuk merasa iri dengki, bersikap egois, bergunjing dan emosional,
bahkan mengadu domba. Jika memiliki hubungan baik dengan orang lain dalam
pergaulan, hal itu dapat menjadi cara menjaga
kesehatan hati agar tidak dikotori perasaan buruk.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Akhlak islamiyah dibagi menjadi dua akhlak mahmudah (fadilah) yaitu
akhlak yang terpuji dan, macam-macam dari sifat terpuji ada ikhlas, pemaaf, tawakal, adil, rasa malu dan
lainnya. Sedangkan akhlah mazmumah (qabihah) yaitu akhlak yang tercela,
macam-macam seperti Penyakit hati antara
lain disebabkan karena ada perasaan iri, dengki, hasud, ghibah dan namimah. Dan untuk menghindari sifat tercela
tersebut sebaiknya kita harus Perbanyak beribadah,
biasakan berbagi, bersyukur atas nikmat allah, pahami keterbatasan manusia dan
menjaga silaturahmi
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa, Drs. H. A., akhlak tasawuf, Bandung; 1999,
pustaka setia
http://www.hamba-allah.com/2013/10/pengertian-akhlak-mahmudah-dan-akhlak.html
Komentar
Posting Komentar